TEORI
PERILAKU KONSUMEN
Banyak
permasalahan dihadapi dalam dunia ini termasuk masalah ekonomi. Misalnya
“mengapa kalau harga barang naik permintaan menjadi turun”. “Mengapa
harga-harga selalu berubah-ubah”. Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang
lain muncul. Untuk menjawab itu ekonom mengembangkan pemahaman-pemahaman dan
peralatan-peralatan analisis ekonomi mikro. Dengan peralatan ilmu ekonomi mengamati
perilaku konsumen dan perilaku produsen. Perilaku konsumen perlu dibahas agar
kita memahami sisi permintaan barang dan jasa.
Konsumen
Menurut undang-undang , konsumen
adalah setiap pemakai atau pengguna barang atau jasa baik untuk kepentingan
diri sendiri maupun kepentingan orang lain. Namun secara sederhana konsuman
adalah pengguna barang dan jasa. Dalam perekonomian, konsumen tidak hanya
berperan sebagai pengguna barang dan jasa, tetapi juga sebagai penyedia
berbagai input yang digunakan dalam proses produksi. Sebagai penyedia input
mereka akan memperoleh imbalan berupa pendapatan yang digunakan untuk membayar
kegiatan konsumsinya. Konsumen juga memiliki peran-peran tersendiri yakni:
·
Penyedia factor produksi ( alam, tenaga
kerja, modal, pengusaha)
·
Pemakai atau penikmat barang dan jasa
·
Memperlancar peredaran barang dan jasa
·
Mempengaruhi kebutuhan pemerintah
·
Dapat menaikkan factor produksi
PENGERTIAN-PENGERTIAN
DAN ASUMSI-ASUMSI
Pada
bagian ini kia akan uraikan perilaku konsumen dalam menentukan alokasi sumber
daya ekonominya. Tujuan yang akan dicapai oleh konsuman adalah kepuasan
maksimum. Untuk mencapai tujuan perlu di pahami beberapa pengertian dan asumsi
dasar yaitu:
a)
Barang
Menurut M. Fuad, dkk, barang dapat dibedakan menjadi
benda yang dapat diraba dan dilihat secara fisik ( baju, tv, dan lain-lain) dan
sesuatu yang tidak dapat diraba serta dilihat (oksigen, udara, dan lain-lain).
Barang dapat juga dibedakan menjadi barang ekonomi (barang yang memerlukan
usaha untuk memperolehnya, seperti halnya makanan) dan barang Cuma-Cuma (
barang yang dapat dinikmati tanapa melakukan kegiatan memproduksi, seperti
halnya udara).
Jadi dapat disimpulkan bahwa barang
adalah setiap benda yang berwujud maupun tidak berwujud baik bergerak maupun
tidak bergerak yang dapat dipegangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan
oleh konsumen.
b)
Utilitas
Utilitas
adalah manfaat yang diperoleh karena mengkonsumsi barang. Utilitas merupakan
ukuran manfaat suatu barang disbanding dengan alternative penggunaannya.
Utilitas digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh konsumen.
c)
Hukum
Pertambahan Manfat yang Semakin Menurun (The Law of Diminishing Marginal
Utility)
Pada mulanya
penambahan konsumsi suatu barang akan member tambahan utilitas yang besar,
tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja makin menurun, bahakan menjadi
negative. Dalam analisis perilaku konsumen gejala LDMU dilihat dari makin
menurunnya nilai utilitas marginal. Karena dasar analisisnya adalah perubahan
utilitas marginal analisis ini dikenal sebagai analisis marginal.
d)
Konsistensi
Preferensi
Konsep
preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas pilihan agar
dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap yang berkaitan dengan
preferensi konsumen, yaitu lebih suka (prefer) dan atau sama-sama disukai
(indifference). Misalnya: ada 2 barang yaitu barang X dan Y, maka konsumen
menentukan pilihan : barang X lebih disukai dari pada barang Y (X>Y) atau
barang X sama-sama disukai seperti Y (X=Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen
sulit dianalisis. Syarat lain agar perilakunya dapat dianalisis, konsumen harus
memiliki konsistensi preferensi. Bila barang X lebih disukai dari Y (X>Y)
dan barang Y lebih disukai dari Z (Y>Z), maka barang X lebih disukai dari Z
(X>Z). Konsep ini disebut ransitivitas.
e)
Pengetahuan
Sempurna
Konsumsi
diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan
keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi,
teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi
jumlah penerimaan untuk suatu periode konsumsi.
PENDEKATAN CARDINAL DAN PENDEKATAN
ORDINAL
Teori
perilaku konsumen dapat menjelaskan bagaimana seorang konsumen memilih suatu
produk yang diyakininya akan memberikan kepuasan yang maksimum dengan kendala
pendapatan dan harga barang tersebut. Untuk memahami lebih lanjut mengenai
perilaku konsumen yang dinyatakan pada hukum permintaan digunakan 2 pendekatan
yaitu pendekatan cardinal dan pendekatan kurva indiferensi/ordinal.
1.
PENDEKATAN
KARDINAL
Menurut buku diktat pengantar
ekonomi universitas negeri medan, dalam teori pendekatan cardinal dianggap
sebagai manfaat atau kenikmatan yang diperoleh konsumen dapat dinyatakan secara
kwantitatif. Menurut M. Zamroni dalam pendekatan cardinal kepuasan (utility)
setiap konsumen bias diukur dengan satuan uang atau dengan satuan lainnya
sehingga konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total.
Teori cardinal menyatakan bahwa
kegunaan dapat dohitung secara nominal, sebagai kita menghitung berat dengan
gram atau kilogram, panjang dengan cm atau m. Sedangkan satuan ukuran kegunaan
(uility) adalah util. Keputusan untuk mengonsumsi suatu barang berdasarkan
perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi disebut utilitas total (TU).
Tambahan kegunaan dari penambhan satu unit barang yang dikonsumsi disebut
utilitas marginal (MU). Total uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah
jumlah unit barang dikalikan harga per unti. Untuk setiap unit tambahan
konsumsi, tambahan biaya yang harus dikeluaran sama dengan harga barang per
unit.
Kepuasan tambahan konsumen
digambarkan pada garis kemiringan negative, artinya semakin banyak suatu barang
di konsumsi maka kepuasan tambahan yang diperoleh dai mengkonsumsi barang
tersebut semakin lama akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hokum Gossen
Pendekatan cardinal menggunakan
asumsi sebagai berikut :
·
Tingkat kepuasan total yang dicapai
konsumen tergantug dari jumlah dan jenis barang yang dikonsumsi.
·
Konsumen bersikap rasional dengan
memilih barang yang dapat memaksimalkan kepuasannya dengan didasari anggaran
yang dimilikinya.
·
Kepuasan konsumen yang dapat diukur
secara cardinal
·
Tambahan kepuasan (marinel utiliyi) dari
tambahan barang yang di konsumsi akan menurun.
Hukum Gossen
Hukum
Gossen I yaitu hokum kepuasan yang semakin berkurang (law of diminishing return
utility) yang berbunyi, jika kebutuhan dipenuhi terus menerus, maka
kenikmatannya semakin lama semakin berkurang sehingga akhirnya dicapai
kepuasan.
Hukum
Gossen II (the law of marginal utility) yang berbunyi manusia akan berusaha
untuk memnuhi berbagai macam kebutuhan sampai pada tingkat intensitas yang
sama.
Syarat Memaksimumkan Kepuasan
Apa syarat yang dibutuhkan agar
dalam mengkonsumsi barang yang bermacam-macam harga yang berbeda-beda dapat
memberikan kepuasan yang maksimum? Kepuasan yang maksimum ercapai apabila
alokasi pengeluaran pada komoditi-komoditi terjadi pada saat kepuasan setiap
rupiah terakhir yang dikeluarkan adalah sama. Dengan menggunakan pendekatan
cardinal kepuasan maksimum yang ingin dicapai konsumen pada saat mengkonsumsi
beragai macam barang atau jasa secara matematis dapat ditunjukan sebagai
berikut:
Misalnya
Ahmad ingin membeli baju, yang harga per helainya Rp 25.000. Berapa buah baju
yang akan dikonsumsi?
Utilitas Total dan Utilitas Marginal
dari Mengonsumsi Baju
Harga baju perhelai
|
Jumlah baju yang dikonsumsi
|
Uang yang harus dikeluarkan
|
Kegunaan total/TU
|
Tambahan kegunaan/MU
|
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
25.000
50.000
75.000
100.000
125.000
150.000
175.000
200.000
|
50
125
185
225
250
250
225
100
|
50.000
75.000
60.000
40.000
25.000
0
-25.000
-125.000
|
Pergerakan
angka-angka dalam table dapat diterjemahkan dalam bentuk grafik:
A TU
Pada
kurva, TU pada awalnya menaik tajam seiring naiknya nilai MU. Di titik A MU
mencapai maksimum, untuk selanjutnya menurun yang menyebabkan slope kurva TU
makin mendatar. Nilai TU maksimum pada saat nilai MU=0.
Dari
table diatas dapat disimpulakn bahwa Ahmad akan berhenti mengkonsumsi baju pada
yang kelima. Kalau dia menambah jumlah baju yang dikonsumsi, tindakan itu bukan
saja tidak menambah TU bahkan menguranginya. Ahmad berhenti mengkonsumsi pada
saat harga baju Rp 25.000,00 sama dengan nilai MU.
MU=P
MUX=PX
Dimana:
MUX= tambahan kegunaan x
PX =harga x
2.
PENDEKATAN
ORDINAL
Di samping pendekatan cardinal yang
telah dipelajari sebelumnya, untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen dapat
diukur melalui pendekatan ordinal. Berbeda dengan pendekatan sebelumnya,
pendekatan ini cukup dengan meranking atau membuat urutan-urutan kombinasi
barang yang akan di konsumsinya. Pendekatan ini muncul karena pendekatan
cardinal dianggap mempunyai kelemahan. Pengukuran kwntatif yang terdapat pada
pendekatan cardinal dimana dapat mengukur tingkat kepuasan total maupun
tambahan merupakan kelemahan dari pendekatan tersebut. Pendekatan ordinal
dilakukan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi.
A. Kurva indiferensi (Indiference Curve)
Menurut teori ordinal, kegunaan
tidak dapat dihitung; hanya dapat dibandingkan, sebagaimana kita menilai
kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya, Teori
Ordinal menggunakan kurva indiferensi (indiference curve). Kurva indiferensi
adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam bang yang
memerikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu kurva
indiferensi atau sekumpulan kurva indiferensi ( yang disebut peta indiferensi
atau indiference map), dihadapi oleh hanya seorang konsumen. Misalkan Sutarno
mengombinasikan konsumsi makan bakso dengan sate.
Walaupun telah dinyatakan bahwa
menurut teori ordinal kegunaan atau kepuasan tidak dapat dihitung, namun untuk
keperluan studi (agar menjadi lebih jelas), tidaklah salah bila kita
mengansumsikan bahwa informasi dari kurva indiferensi dapat diterjemahkan dalam
persamaan kuantitatif. Misalnya nilai kegunaan ( kepuasan) Sutarno dari
menonsumsi makan bakso dan makan sate per bula dapat di tulis sebagai
U =
X.Y
Dimana:
U = tingkat kepuasan
X = makan bakso (mangkok per
bulan)
Y = makan sate (porsi per bulan)
Untuk
mencapai tingkat kepuasan tertentu, beberapa kombinasi yang mungkin di cantumkan
dalam table berikut.
Makan Bakso dan Makan Sate
Yang Memberi Tingkat Kepuasan Sama Bagi
Sutarno
Makanan
Bakso
(mangkok
per bulan)
|
Makanan
Sate
(porsi
per bulan)
|
25
kali
20
kali
10
kali
5
kali
4
kali
|
4
porsi
5
porsi
10
porsi
20
porsi
25
porsi
|
Jika kombinasi itu disajikan dalam kurva
akan diperoleh kurva indiferensi (IC).
Kurva indiferensi
Makan bakso
IC
Makan
sate
B. Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)
Dalam membelanjakan pendapatannya
digunakan suatu asumsi bahwa seorang konsumen memiliki sifat yang rasional
dalam mengambil keputusan untuk mengkonsumsi barang dan jasa. Artinya, konsumen
merasa yakin bahwa barang dan jasa yang dikonsumsi akan memberikan kepuasan
yang maksimal.
Garis anggaran adalah kurva yang
menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya yang
sama besar. Misalnya garis anggaran dinotasikan sebagai BL, sedangkan harga
sebagai P (Px untuk X dan Py untuk Y) dan jumlah barang yang dikonsumsi adalah
Q (Qx untuk X dan Qy untuk Y), maka
BL=
Px.Qx + Py.Qy…….
Kemiringan kurva BL adalah negative,
yang merupakan rasio Px dan Py. Pada diagram di bawah ini kita melihat bahwa OY
sama dengan besarnya pendapatan (M) dibagi harga Y, sedangkan OX sama dengan
besarnya pendapatan(M) dibagi harga X. Sehingga slope kurva garis anggaran
adalah :
Kurva Garis Anggaran
Y
Y1
Y2 BL = Px.Qx +Py.Qy
Y3
X
0 X1 X2 X3
C. Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
Perubahan harga dan pendapatan akan memengaruhi daya beli,
diukur dari besarnya luas bidang segi tiga yang dibatasi kurva garis anggaran.
Bila luas bidang segitiga makin luas, daya beli meningkat. Begitu juga
sebaliknya. Diagram a di bawah ini menunjukkan jika harga X turun, dengan
jumlah pendapatan nominal yang sama, jumlah X yang dapat dibeli makin banyak
(pendapatan nyata meningkat), sehingga kurva garis anggaran yang sekarang
adalah BL2. Jika harga X naik, garis anggaran yang baru adalah BL3,
dimana pendapatan nyata menurun.
Diagram b di bawah ini menunjukkan
bila pendapatan meningkat berarti daya beli meningkat, sehingga kurva garis
anggaran bergeser sejajar ke kanan. Begitu sebaliknya.
Perubahan
Garis Anggaran
Pendapatan
nominal naik
a) b)
Harga X turun pendapatan
nominal
turun
Harga X naik BL3 BL1 BL2
BL3 BL1 BL2
D.
Keseimbangan Konsumen
Kondisi keseimbangan adalah kondisi
dimana konsumen telah mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang
yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi
(maksimalisasi kegunaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan
anggaran paling minim(minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi kondisi
keseimbangan tercapai pada saat kurva garis anggaran (menggambarkan tingkat
kemampuan) bersinggungan dengan kurva indiferensi (menggambarkan tingkat
kepuasan).
Y Y
Y1 E Y1 E BL3
IC2 IC3
IC1 BL1 BL2 IC1
0 X1 BL2 BL1 X X1 X
Maksimalisasi Kepuasan Minimilisasi
Biaya
E. Reaksi Terhadap
Perubahan Harga Barang
Keseimbangan yang
dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika pendapatan nyata
meningkat, konsumen dapat menaikkan tingkat kepuasannya. Sebaliknya bila
pendapatan nyata menurun, dengan terpaksa konsumen menurunkan tingkat
kepuasannya, disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang menurun. Salah satu
factor yang dapat mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang.
F. Reaksi Terhadap
Perubahan Pendapatan Nominal
1)
Kurva Pendapatan Konsumsi
Jika titik-titik keseimbangan
tersebut di atas kita hubungkan maka terbentuk Kurva Pendapatan-Konsumsi. ICC
dapat didefenisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik keseimbangan konsumen
pada berbagai tingka pendapatan nominal, di mana harga nominal barang tidak
berubah. Kemiringan ICC adalah positif, karena umumnya permintaan terhadap
suatu barang meningkat bila pendapatan meningkat. Sudut kemiringan ICC dapat memberikan
indikasi apakah suatu barang merupakan barang kebutuhan pokok atau barang
mewah.
BL3
BL2
ICC
BL1
0 X
IC1 IC2
IC3
2) Kurva
Engel
Jlh x jlh
x
X2 a.Barang
pokok b.Barang
mewah
X1
X1
0 M1 M2
pendapatan M 0 pendapatan
M
Kurva
a adalah kurva Engel untuk barang yang merupakan kebutuhan pokok, seperti bahan
makanan pokok. Perubahan pendapatan nominal tidak berpengaruh banyak terhadap
perubahan permintaan. Bahakan jika pendapatan terus meningkat, permintaan
terhadap barang tersebut perubahannya makin kecil disbanding perubahan
pendapatan. Jika dikaitkan dengan konsep elastisitas, maka elastisitas
pendapatan dari barang kebutuhan pokok makin kecil bila tingkat pendapatan
nominal makin tinggi.
Kurva
b. adalah kurva Engel untuk barang yang termasuk barang mewah. Kenaikan
permintaan terhadap barang tersebut lebih besar dibandingkan dengan keneikan tingkat
pendapatan. Atau dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap barang mewah
mempunyai derajat elastisitas yang besar.
G. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan
Ketika kita mengatakan bahwa jika
harga barang turun maka permintaan terhadapnya bertambah atau sebaliknya, yang
terlihat sebenarnya adalah total nteraksi antara kekuatan pengaruh perubahan
pendapatan dan perubahan harga, terhadap keseimbangan konsumen. Dengan
perkataan lain, jika harga suatu barang turun, maka ada 2 komponen yang
dipengaruhi:
1) Harga
relative barang menjadi murah, sehingga bila konsumen bergerak pada tingkat
kepuasan yang sama dan pendapatan nyata dianggap tetap, maka konsumen akan
menambah jumlah konsumsi barang yang harganya menjadi relative lebih murah dan
mengurangi jumlah konsumsi barang yang harganya menjadi relative lebih mahal.
Inilah yang disebut sebagai efek substitusi
2) Pendapatan
nyata barubah menyebabkan jumlah permintaan berubah. Jika perubahan ini dilihat
dari sisi harga barang lain dan pendaptan nominal dianggap tetap, kita akan
melihat efek pendapatan.
H. Barang Inferior dan Barang Giffen
Efek substitusi selalu mempunyai
hubungan berlawanan dengan perubahan harga. Jika harga suatu barang naik,
permintaannya menurun, dan sebaliknya. Tidak demikian halnya dengan efek pendapatan.
Ada 2 kemungkinan yang terjadi akibat kenaikan pendapatan nyata terhadap
permintaan:
1) Kenaikan
peendapatan nyata menaikkan permintaan (efek pendapatan positif). Barang
tersebut adalah barang normal.
2) Kenaikan
pendapatan nyata menurunkan permintaan (efek pendaptan negative). Hal ini
terjadi pada barang inferior dan barang Giffen.
DAFTAR PUSTAKA
Raharja
Pratama,dkk.2006.Teori Ekonomi Mikro ed3.Jakarta: Lembaga Penerbit Fak Ekonomi
UI.
Sukirno,Sadono.2009.
Mikro Ekonomi ed3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dosen
KDBK.2010. Pengantar Ekonomi Mikro.Medan: Lembaga penerbit Unimed.
Nicholson,walter.2002.Mikroekonomi
Intermediate dan Aplikasinya. Jakarta: Erlangga.
Suhartati,
Tati. 2002.Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.
thanks info yang sangat bermanfaat
BalasHapus