Translate

Rabu, 30 April 2014

Bangkrutnya Batavia Air

BAB I
PENDAHULAN
            Batavia Air telah memulai bisnis di Indonesia lebih dari dua puluh tahun. Dimulai dari usaha travel agent dan   tumbuh menjadi usaha charter angkutan udara. Batavia Air berdiri pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2002, Batavia Air memperoleh Sertifikasi sebagai Operator Penerbangan. Dengan pengalaman di bidang usaha biro perjalanan dan industri angkutan udara, dan didukung dengan armada yang dapat dipercaya disertai sumber daya manusia yang handal, kami percaya dan optimis dapat bertahan didalam melaksanakan kompetisi angkutan udara.
            Namun di awal tahun 2013 Seperti yang sudah diberitakan pada berbagai media bahwa Batavia Air telah dinyatakan pailit karena tak mempu melunasi utang-utang dalam jutaan Dollar. Memang tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan utang sebagai modal operasional atau pun ekspansi usaha merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan oleh lembaga atau perusahaan. Namun jangan lupa bahwa menggunakan utang diibaratkan memiliki dua bentuk yakni pedang bermata dua. Untuk pembahasan selanjutnya akan diarahkan pada aplikasi utang sebagai salah satu sumber pendanaan perusahaan.
            Dalam bidang keuangan terdapat dua bentuk pendanaan yakni yang bersumber dari internal perusahaan dan eksternal perusahaan. Internal perusahaan seperti laba ditahan, keuntungan dan lain-lainnya. Sedangkan ekternal perusahaan dapat berupa utang, obligasi, penjualan saham dan lain-lainnya. Namun dala tulisan ini akan emmfokuskan pada utang yang mana diduga merupakan salah satu penyebab pailitnya Batavia Air. Untuk memperjelas bahwa menumpuknya utang oleh Batavia Air karena ketika jatuh tempo pelunasan utang, yang terjadi adalah ketidakmampuan. Pertanyaannya adalah mengapa tidak mampu?
            Dalam aplikasi utang sebagai pendanaan biasanya diikuti juga dengan analisis tentang kemampuan melunasi serta kredibilitas sang pengutang. Dalam hal ini, menumpuknya utang mungkin saja disebabkan lemahnya aspek manajemen keuangan dalam tubuh Batavia Air. Karena bagaimana pun kasus pailitnya Batavia Air diduga disebabkan oleh utang sehingga menimbulkan pertanyaan bagaimana proses persetujuan untuk berutang hingga pencairan dana utang tersebut? Apakah melalui analisis komprehensif bisnis ataukah tidak? Dalam hal ini hanya pihak interen perusahaan Batavia Air yang mampu menjawabnya.
            Namun apabila dikaji dari perspektif keuangan maka pailitnya Batavia Air mendeskripsikan pengelolaan keuangan yang kurang bagus yang mana dapat terindikasi dari kemampuan menghasilkan nilai lebih dari utang atau biasanya disebut sebagai cost lebih besar dari benefit. Hal ini dapat terjadi mungkin saja disebabkan telaah kondisi bisnis serta sense of crisis pihak manajemen Batavia Air mengalami kendala. Karena bagaimana punketika membuat keputusan untuk berutang haruslah memperkirakan kemampuan untuk melunasi serta kemampuan memprediksi trens pasar untuk kepentingan bisnis.


















BAB II
PEMBAHASAN
            Penutupan Batavia Air pada tanggal 30 Januari merupakan salah satu kejadian yang paling menyedihkan bagi industri penerbangan Indonesia. Di tengah pertumbuhan transportasi udara yang cukup tinggi di Indonesia, Batavia Air malah menjadi terpuruk. Permohonan pailit Batavia Air diajukan oleh International Lease Finance Corporation (ILFC) kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
1. Penyebab Utama Putusan Pailit Batavia Air
            Keputusan pailit PT. Metro Batavia disebabkan oleh utang sebanyak USD 4,68 juta yang sudah lewat jatuh tempo namun tidak kunjung di bayar. Tuntutan pailit ini telah diajukan semenjak 20 Desember 2012 dan diputuskan pada tanggal 30 Januari 2013.
            Hutang ini bermula dari keinginan Batavia Air untuk mengikuti tender pelayanan haji dengan menyewa (leasing) dua pesawat Airbus A330 dari ILFC. Namun, dari total kontrak leasing selama 9 tahun, sudah 3 tahun berturut-turut Batavia Air kalah tender di Kementerian Agama untuk mengangkut jemaah haji.
            Dalam gugatan ILFC, Batavia Air memiliki tagihan sebesar USD 440rb di tahun pertama, USD 470rb di tahun kedua, USD 500rb di tahun ketiga dan ke empat, dan USD 520rb di tahun kelima dan keenam. Keseluruhan hutang dari ILFC sebesar USD 4,68 juta ini memiliki tanggal jatuh tempo di 13 Desember 2012.
            Selain gugatan dari ILFC, Batavia Air juga memiliki utang sebesar USD 4,94 juta kepada Sierra Leasing Limited yang jatuh tempo di 13 Desember 2012 juga. Analisa dari OSK Research Sdn Bhd di bulan Oktober 2012 memperkirakan total utang Batavia Air sebesar USD 40juta.
            Sebagai perusahaan swasta (private corporation) Batavia Air juga tidak memiliki kewajiban untuk memberikan laporan keuangan nya secara publik, sehingga dalam hal ini juga sulit untuk memberikan menyimpulkan kondisi keuangan Batavia Air. Dari kasus pailitnya Batavia Air dapat dipahami bahwa ada celah pemasukan dan pengeluaran serta bias akan potensi bisnis bahwa semua itu tidak pasti. Oleh karena itu, pemanfaatan celah pasar yang diharapkan oleh pihak manajemen Batavia Air tidak berjalan sesuai rencana. Dengan demikian berpijak pada ulasan sebelumnya terdapat beberapa hal yang dapat diambil hikmahnya dari kasus pailitnya Batavia Air, yakni:
a.       Sense of crisis
Alasan pertama dari sense of crisis yakni pihak manajerial tidak mampu memahami bahwa kondisi bisnis saat ini tidak pasti, oleh karena itu kepekaan dan ketanggapan bisnis perlu diperhatikan. Dalam aplikasi penggunaan utang sebagai sumber pendanaan maka langkah pertama yang harus ditelaah secara mendalam adalah kemampuan dan kondisi pemasukan bisnis. Sampai di sini dapat ditarik benarng merah bahwa sense of crisis perlu mendapatkan perhatian serius dari perusahaan-perusahaan yang berkeinginan bertahan pada kondisi persaingan yang tajam serta penuh ketidakpastian. Lanjut bahwa apabila perusahaan memiliki sense of crisis maka pihak manajerial perusahaan dapat bersikap dengan tepat sebelum bahaya itu terjadi. Dalam kasus Batavia Air, sudah terjadi goncangan barulah mulai memikirkan solusi untuk menyelesaikannya. Tentu saja hal tersebut terlambat dan ebrakhir dengan pailit.
b.      GCG
Seperti yang diketahui bahwa penerapan tata kelola perusahaan yang baik saat ini tidak dapat diabaikan seperti waktu-waktu sebelumnya dan memang hal itu benar adanya karena melalui tata kelola yang baiklah akan memudahkan proses operasionalisasi dan perbaikan secara kontinyu. Dalam konteks pailitnya Batavia Air perlu mendapatkan perhatian untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik.
c.       Lemahnya analis C/B
      Analisis cost benefit sangat penting ketika suatu perusahaan hendak membuat keputusan menggunakan utang sebagai sumber pendanaan. Karena dari analisis C/B inilah akan membantu memahami kondisi perusahaan dengan lebih baik. Dalam arti akan membuka cakrawala kekuatan melunasi utang serta bagaimana keuntungan lainnya apabila mau menggunakan utang. Dalam konteks Batavia Air ada indikasi bahwa analisis C/B belumlah dilakukan sepenuhnya sehingga analisis utang diabaikan dan mengalami utang yang berlebihan, atau dengan kata lain mengalami kekurangan kemampuan melunasi utang.
d.      Harga
Harga memang sangat peka oleh konsumen karena konsumen cenderung lebih memilih harga yang murah. Dan hal itu memang normal karena lebih kecil jumlah uang untuk mendapatkan suatu barang maka akan semakin baik adanya. Hanya saja dalam konteks Batavia Air, untuk menunjang keberlangsungan arus kas masuk membutuhkan lebih dari hanya sekedar bersaing menggunakan harga sebagai ujung tombak. Dalam arti membutuhkan aspek lainnya selain harga guna memperkuat arus kas masuk sehingga laba ditahan pun dapat meningkat, dan apabila kondisi itu terus berlangsung akan meningkatkan kemampuan melunasi utang.
e.       Gunakan sumber pendanaan berimbang
Maksudnya adalah bagaimana menggunakan sumber pembiayaan atau kombinasi yang sehat dari dana internal dan dana ekternal. Kasus pailitnya Batavia Air mengindikasikan penggunaan utang yang berelbihan tanpa analisis yang mendalam. Oleh karena itu gunakan persentase dana internal dan eksternal yang bijak yang mana terindikasi dari tidak jangan menggunakan utang sebagai modal utama operasionalisasi. Memang benar bahwa ada juga perusahaan yang menggunakan utang sebagai sumber utama pendanaan yakni perusahaan-perusahaan yang berbisnis dalam lang[angan bisnis perbankan. Nah dalam hal ini dapat dilihat bahwa karakteristik jenis industri dimana Batavia Air beroperasionaliasi memiliki perbedaan karakter dengan industri perbankan sehingga sekali lagi persentase penggunaan utang sebagai sumber pendanaan haruslah benar-benar dianalisis secara mendalam. Sebaiknya jangan melebihi dari 40% dari total aset yang dimiliki sehingga ketika terjadi goncangan keuangan masih berpeluang untuk menghasilkan aset.
2. Urutan Peristiwa Menjelang Pailit nya Batavia Air
            Sesuai dengan yang sudah diberitakan sebelumnya, tuntutan hutang Batavia Air bermula dari keikut sertaan nya dalam tender haji di tahun 2009. Menurut Dudi Sudibyo, permasalahan ini diperparah dengan ketidak pedulian Batavia Air dalam mendayagunakan kedua pesawat A330 ini untuk melayani rute-rute lain selama menganggur.
            Barangkali yang juga kurang dipublikasikan di media cetak adalah adanya kenaikan persyaratan deposit Travel Agent di Batavia Air per bulan April 2012. Persyaratan minimum deposit yang sebelumnya sebesar 7.500.000, diubah menjadi minimum 15.000.000 rupiah. Kenaikan deposit ini hanya ditunjang dengan alasan untuk mengurangi “ribet” nya administrasi penambahan deposit.
            Di bulan Oktober 2012, Air Asia telah mengajukan rencana untuk mengakuisisi Batavia Air senilai USD 80juta. Rencana akuisisi ini menjadi polemik yang cukup populer di Indonesia karena kekuatiran akan masuk nya pihak luar ke dalam industri penerbagan Nusantara. Namun tidak lama berselang, rencana tersebut kandas dengan keputusan Air Asia untuk membatalkan transaksi tersebut dikarenakan “risiko bisnis dan penurunan pendapatan”4.
            Menurut Dirjen Perhubungan Udara, Herry Bakti, seusai gagal nya akuisisi Batavia Air oleh Air Asia, rute Batavia Air telah berkurang secara drastis, yang awal nya 64 rute, menjadi 44 rute saja. Namun di tengah pengurangan rute ini, airlines domestik lain malah memperlihatkan penambahan rute yang cukup signifikan, terutama Air Asia, yang mulai merambah ke rute-rute strategis Batavia Air, seperti Semarang-Singapura yang sebelumnya hanya dilayani oleh Batavia Air.
            Di penghujung akhir Januari 2013, Batavia Air mulai mengalami penurunan secara drastis, terutama diakibatkan oleh tuntutan pailit oleh ILFC. Kepercayaan calon penumpang pun mulai berkurang, banyak penumpang kuatir akan terulang nya peristiwa tutup nya Adam Air dan Mandala Air. Dalam penutupan dua airlines tersebut, tiket yang sudah dibeli oleh penumpang banyak yg hilang tanpa pengembalian uang. Beberapa hoax messages pun juga banyak beredar di BBM, terutama yang menyangkut akan segera ditutup nya Batavia Air oleh Dirjen Perhubungan6.
            Tepat sehari menjelang keluarnya putusan pailit oleh pengadilan negeri Jaksel (30 Jan 2013), sempat terjadi pengajuan pencabutan gugatan pailit oleh ILFC. Namun pengajuan pembatalan ini telah ditolak lansung oleh Batavia Air dikarenakan Batavia Air sudah merasakan dampak penurunan kepercayaan publik secara drastis. Dengan penolakan ini maka putusan pengadilan negeri Jaksel berlanjut menjadi pailit bagi Batavia Air.

3. Akibat Bangkrutnya Batavia Air terhadap penumpang dan Agen Travel
            Akibat putusan pailit Batavia, beberapa asosiasi travel agent sudah mencatatkan kerugian mencapai milliaran rupiah. Asosiasi Travel Agen Indonesia (Asita) Jakarta dengan anggota sekitar 1500 agen, memperkirakan dana deposit yang hilang mencapai 20 milliar rupiah. Sementara itu, Astindo Sulawesi Tengah mencatat kerugian uang deposit mencapai 500 juta rupiah.
            Pasca penutupan Batavia Air, beberapa airlines telah menawarkan bantuan bagi penumpang Batavia Air dengan booking ulang secara cuma-cuma. Tiger Airways (dan Mandala Airlines) telah menawarkan rebooking gratis untuk rute-rute tertentu (CGK-SG, CGK-PKB, CGK-Padang, dan CGK-SUB)9. Express Air juga mengakomodir penumpang Batavia Air untuk rute Yogyakarta – Pontianak secara gratis.
4. Proses Penyelesaian Pailit oleh Kurator
            Penyelesaian pailit Batavia Air telah diputuskan untuk diurus oleh empat kurator, antara lain Turman M Panggabean, Permata Nauli Daulay, Andra Reinhard Pasaribu, dan Alba Sumahadi. Kantor kurator bertempat di Ruko Cempaka Mas B-24, Jl. Letjen Suprapto, Jakarta Pusat.
Beberapa aktifitas yang sudah terjadwal ada sebagai berikut:
§  15 Feb 2013 – Rapat Kreditur di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada pukul 09:00
§  18 Feb 2013 – Mengundang kreditur non-tiket dan agen untuk mengajukan tagihan kreditur dan pajak di Kantor Kurator.
§  18 Feb – 1 Maret 2013 – Penumpang Batavia Air bisa muendaftarkan diri sebagai kreditur Batavia Air
§  14 Maret 2013 – Verifikasi dan pencocokan piutang di kantor Kurator
            Namun untuk para pemegang tiket calon penumpang, salah satu Kurator Batavia Air (Turman Panggabean) sudah menyatakan bawah penggantian tiket calon penumpang dapat dilakukan dengan syarat ada investor baru. Jadi sepertinya sudah pupus harapan bagi pemegang tiket untuk bisa mendapatkan uang refund atau pengembalian.

5. Langkah ke Depan untuk Mencegah Terulangnya Batavia Air
            Escrow Account untuk deposit travel agent dan tiket yang belum terpakai. Dengan terjadinya kasus pailit Batavia Air, Astindo (Assosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan) mendesak Departemen Perhubungan untuk membuat peraturan baru dimana deposit travel agent dan deposit tiket yang belum terpakai untuk ditempatkan dalam escrow account atau akun penjaminan yang terpisah dari operasional perusahaan penerbangan. Sehingga dalam kasus-kasus pailit seperti Batavia Air, deposit tersebut dapat diamankan secara terpisah.
            Proposal yang kedua adalah kerja sama dari Asosiasi Travel yang telah ada, antara lain Astindo, Asita, maupun assosiasi-assosiasi lain nya, untuk membuat sebuah “early detection system”. Early detection ini dapat menggunakan beberapa indikasi, antara lain: pengurangan rute penerbangan secara signifikan, hutang yang mulai gagal bayar, analisa perbandingan hutang dengan aset perusahaan, dll. Dengan fasilitas seperti ini, iuran tahunan assosiasi-assosiasi yang terkadang berjumlah cukup besar menjadi lebih berguna.
6. Solusi
Batavia Air seperti yang diketahui merupakan suatu organisasi dan yang namanya organisasi mendeskrisikan kumpulan orang-orang yang secara sadar bergabung untuk mencapai visi organisasi. Berpijak pada definisi tersebut diketahui bahwa dalam tubuh Batavia Air terdapat cukup besar tenaga kerja. Nah apa yang akan terjadi pada mereka ketika Batavia Air dinyatakan pailit? Jawabannya adalah tenaga kerjanya sudah dipastikan tidak akan bekerja lagi, atau dengan kata lain akan menganggur. Hal inilah yang perlu dipikirkan oleh pihak manajerial Batavia Air karena jumlah kapasitas tenaga kerja yang cukup banyak akan berdampak pada aspek makro dan mikro. Dengan demikian berpijak pada kasus pailitnya Batavia Air, perusahaan-perusahaan lainnya dapat mempersiapkan program-program khusus guna menyelamatkan nasib tenaga kerjanya apabila perusahaan tempat mereka bekerja mengalami kasus yang sama dengan Batavia Air. Dalam jargon manajemen biasanya disebut sebagai corporate social responsibility (CSR) yakni bagaimana sebuah perusahaan memahami dan mengerti serta memberikan tangung jawab berupa solusi kepada stakeholder yang meliputi juga tenaga kerjanya apabila perusahaan mengalami pailit. Dengan demikian, jalankan program CSR sekarang juga untuk mempersiapkan sesuatu yang mungkin saja terjadi dari sekarang hingga di masa depan.
7. Kebijakan Pemerintah dalam Permasalahan
            Pemerintah dapat mengatur dengan maskapai lain untuk mengijinkan seseorang dengan tiket  Batavia Air  yang berlaku untuk dibookingkan kembali secara gratis sehingga setidaknya penumpang dapat terbang ke tujuan mereka tanpa biaya tambahan apapun. Hal tersebut tentunya dibayar oleh pemerintah.
            Tetapi ada cara lain tentang bagaimana pemerintah membantu persoalan ini, yaitu dengan mengambil alih Batavia. Pemerintah Indonesia sendiri telah berjuang memiliki Merpati  Nusantara yang bisa bertahan hanya dengan suntikan dana yang besar dari pemerintah.
            Dengan mengambil alih Batavia maka dapat memungkinkan untuk penyatuan operasi, restrukturisasi dan privatisasi mereka dengan sebuah IPO (Initial Public Offering) dalam beberapa tahun mendatang. Hal tersebut memang mahal tetapi merupakan kesempatan sebagaimanaMerpati  menjadi penyebab sakit kepala pemerintah Indonesia karena Merpati  terlalu lemah untuk bertahan padahal Merpati menyediakan fungsi penting layanan publik dalam melayani lokasi terpencil.
            Di sisi lain, kebanyakan penerbangan Batavia berada pada rute populer. Kombinasi ini menguntungkan karena akan memungkinkan Merpati untuk melayani sebagai pengganti rute utama Batavia, sama seperti Wings Air yang merupakan pengganti untuk rute Lion Air .
            Pengambilalihan oleh pemerintah juga akan menstabilkan pasar secara langsung, hal tersebut akan menjadikan harga tetap rendah dan menjamin keselamatan penerbangan lain. Sama seperti selama krisis keuangan yang diselamatkan oleh pemerintah di seluruh dunia karena mereka dianggap "terlalu besar juga gagal", yang berarti kebangkrutan bank akan menyebabkan percikan kerusakan yang signifikan terhadap perekonomian. Batavia bukanlah sebuah bank tetapi dapat dianggap "terlalu besar juga gagal" pula. Pengambilalihan keseluruhan oleh perusahaan lokal, pemerintah atau bahkan investor asing akan menjadi solusi terbaik tetapi diperlukan waktu yang cepat.












BAB III
KESIMPULAN

            Batavia Air dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat  karena terkait Batavia Mengikuti Tender Pemerintah dengan menyewa Pesawat Air Bus sebagai Angkutan Ibadah Haji, namun Batavia Air tidak memenuhi syarat dan kemudian hutang sewa tersebut tidak sanggup terbayar.
            ILFC adalah perusahaan yang memegang Pesawat Air Bus menggugat PT. Metro Batavia yang bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo pada 13 Desember 2012. Karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC mengajukan somasi atau peringatan. Namun karena maskapai itu tetap tidak bisa membayar utangnya, maka ILFC mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah disewa pun menganggur dan tidak dapat dioperasikan untuk menutup utang.












DAFTAR PUSTAKA




Senin, 07 April 2014

Pengembangan Sistem Informasi

BAB I
PENDAHULUAN

Agar sistem informasi bekerja secara tepat, kita harus mengelola secara aktif, menyesuaikan teknologi dengan situasi, dan menerima tanggung jawab baik untuk sukses atau kegagalannya.

Tidak ada formula tentang faktor-faktor organisasi yang harus dipegang dan diyakini. Kita dapat memerinci faktor-faktor untuk mempertimbangkan rencana-rencana sistem. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Husein dan Wibowo, 2002):

  1. Lingkungan dimana organisasi harus melakukan fungsi.
  1. Struktur organisasi hirarkhi, spesialisasi, standar prosedur operasi.
  1. Budaya dan politik organisasi.
  1. Tipe organisasi.
  1. Kemampuan mendukung dan memahami top manajemen.
  1. Level organisasi dimana sistem diadakan.
  1. Kelompok kepentingan utama yang dipengaruhi sistem.
  1. Jenis tugas dan keputusan dalam mana sistem informasi didesain.
  1. Sentimen dan sikap karyawan dalam organisasi yang akan menggunakan sistem informasi.
  1. Riwayat organisasi: investasi dalam bidang teknologi informasi yang telah dilakukan, skill yang dimiliki, program-program penting, dan sumberdaya manusia.

Untuk mewujudkan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan bermanfaat, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :


No
HAL
URAIAN
1
Besarnya biaya
Berapa beban biaya keseluruhan dari pendirian sampai pemakaian?
2
Pemeliharaan
Bagaimana cara melakukan pemeliharaan?
3
Manfaat
Berapa besar manfaatnya?
4
Tingkatan yang bisa memakai
Apakah semua tingkatan manajemen bias menggunakannya?
5
Penambahan
Apakah penambahan bisa dilakukan?
6
Kemajuan Teknologi
Apakah yang akan dipunyai bisa sesuai dengan perkembangan teknologi?


Untuk dapat memilih dan mempertimbangkan hal-hal diatas perlu beberapa dasar pokok yang bisa dipakai sebagai patokan, antara lain yaitu pengembangan sistem. Pengembangan sistem ini terdiri dari 5 tahapan (Sabarguna, 2003):

  1. Analisis sistem
  1. Rancangan sistem
  1. Implementasi sistem
  1. Pemeliharaan sistem
  1. Peningkatan sistem













BAB II
PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
1. Pengertian Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
2. Perlunya Pengembangan Sistem
Sistem lama yang perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal :
1.      Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul di sistem yang lama. Permasalahan yang timbul dapat berupa :
·         Ketidakberesan sistem yang lama : ketidakberesan dalam sistem yang lama menyebabkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
·         Pertumbuhan organisasi : kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data semakin meningkat, perubahan prinsip akuntansi yang baru, menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru, karena sistem yang lama tidak efektif lagi dan tidak dapat memenuhi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan manajemen.
2.      Untuk meraih kesempatan-kesempatan Dalam keadaan persaingan pasar yang ketat, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana yang telah disusun untuk meraih kesempatan dan peluang pasar, sehingga teknologi informasi perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi agar dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen.
3.      Adanya instruksi dari pimpinan atau adanya peraturan pemerintah
Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi dari pimpinan atau dari luar organisasi, seperti misalnya peraturan pemerintah

3. Prinsip Pengembangan Sistem Informasi
Prinsip pengembangan sistem :
·         Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
·         Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar
·         Sistem yang dikembangkan memerlukan orang-orang yang terdidik
·         Proses pengembangan sistem tidak harus urut
·         Jangan takut membatalkan proyek
·         Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem

4.  Siklus Hidup Pengembangan Sistem Informasi
Siklus hidup pengembangan sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh professional dan pemakai sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi.
Siklus hidup pengembangan sistem dibagi menjadi tujuh fase, yaitu :
a. Perencanaan Sistem
            Dalam fase perencanaan sistem dibentuk suatu struktur kerja strategis yang luas dan pandangan sistem informasi baru yang jelas akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pemakai informasi. Selama fase perencanaan sistem, harus dipertimbangkan :
·         Faktor – faktor kelayakan yang berkaitan dengan kemungkinan berhasilnya sistem informasi yang dikembangkan dan digunakan.
·         Faktor – faktor strategis yang berkaitan dengan pendukung sistem informasi dari sasaran bisnis dipertimbangkan untuk setiap proyek yang diusulkan. Nilai-nilai yang dihasilkan dievaluasi untuk menentukan proyek sistem mana yang akan menerima prioritas yang tertinggi.
Faktor kelayakan
(feasibility factors)
Faktor strategis
(strategic factors)
Kelayakan teknis
Produktivitas
Kelayakan ekonomis
Diferensiasi
Kelayakan legal
Manajemen
Kelayakan operasional

Kelayakan rencana


b. Analisis Sistem
Dalam tahap ini dilakukan proses
·         penilaian, identifikasi dan evaluasi komponen dan hubungan timbale balik yang terkait dalam pengembangan sistem, definisi masalah, tujuan, kebutuhan, prioritas dan kendala-kendala sistem.
·          Fase analisis sistem adalah fase professional sistem melakukan kegiatan analisis sistem.
·         Laporan yang dihasilkan menyediakan suatu landasan untuk membentuk suatu tim proyek sistem dan memulai fase analisis sistem.
·         Tim proyek sistem memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang alasan untuk mengembangkan suatu sistem baru.
·         Ruang lingkup analisis sistem ditentukan pada fase ini. Profesional sistem mewawancarai calon pemakai dan bekerja dengan pemakai yang bersangkutan untuk mencari penyelesaian masalah dan menentukan kebutuhan pemakai.
·         Beberapa aspek sistem yang sedang dikembangkan mungkin tidak diketahui secara penuh pada fase ini, jadi asumsi kritis dibuat untuk memungkinkan berlanjutnya siklus hidup pengembangan sistem.
·         Pada akhir fase analisis sistem, laporan analisis sistem disiapkan. Laporan ini berisi penemuan-penemuan dan rekomendasi. Bila laporan ini disetujui, tim proyek sistem siap untuk memulai fase perancangan sistem secara umum. Bila laporan tidak disetujui, tim proyek sistem harus menjalankan analisis tambahan sampai semua peserta setuju.

c. Perancangan Sistem Secara Umum
Dalam tahap ini hal yang dilakukan yaitu :
·         Dibentuk alternatif-alternatif perancangan konseptual untuk pandangan pemakai. Alternatif ini merupakan perluasan kebutuhan pemakai. Alternatif perancangan konseptual memungkinkan manajer dan pemakai untuk memilih rancangan terbaik yang cocok untuk kebutuhan mereka.
·         Pada fase ini analis sistem mulai merancang proses dengan mengidentifikasikan laporan-laporan dan output yang akan dihasilkan oleh sistem yang diusulkan. Data masing-masing laporan ditentukan. Biasanya, perancang sistem membuat sketsa form atau tampilan yang mereka harapkan bila sistem telah selesai dibentuk. Sketsa ini dilakukan pada kertas atau pada tampilan komputer.

d. Evaluasi dan Seleksi Sistem
Akhir fase perancangan sistem secara umum menyediakan point utama untuk keputusan investasi. Oleh sebab itu dalam fase evaluasi dan seleksi sistem ini nilai kualitas sistem dan biaya/keuntungan dari laporan dengan proyek sistem dinilai secara hati-hati dan diuraikan dalam laporan evaluasi dan seleksi sistem.
Jika tak satupun altenatif perancangan konseptual yang dihasilkan pada fase perancangan sistem secara umum terbukti dapat dibenarkan, maka semua altenatif akan dibuang. Biasanya, beberapa alternatif harus terbukti dapat dibenarkan, dan salah satunya dengan nilai tertinggi dipilih untuk pekerjaan akhir. Bila satu alternatif perancangan sudah dipilih, maka akan dibuatkan rekomendasi untuk sistem ini dan dibuatkan jadwal untuk perancangan detailnya.

e. Perancangan Sistem Secara Detail
Fase perancangan sistem secara detail menyediakan spesifikasi untuk perancangan secara konseptual. Pada fase ini semua komponen dirancang dan dijelaskan secara detail. Perencanaan output (layout) dirancang untuk semua layar, form-form tertentu dan laporan-laporan yang dicetak. Semua output direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan. Semua input ditentukan dan format input
baik untuk layar dan form-form biasa direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan.
Berdasarkan perancangan output dan input, proses-proses dirancang untuk mengubah input menjadi output. Transaksi-transaksi dicatat dan dimasukkan secara online atau batch. Macam-macam model dikembangkan untuk mengubah data menjadi informasi. Prosedur ditulis untuk membimbing pemakai dan personil operasi agar dapat bekerja dengan sistem yang sedang dikembangkan.
Database dirancang untuk menyimpan dan mengakses data. Kendali-kendali yang dibutuhkan untuk melindungi sistem baru dari macam-macam ancaman dan error ditentukan. Pada beberapa proyek sistem, teknologi baru dan berbeda dibutuhkan untuk merancang kemampuan tambahan macam-macam komputer, peralatan dan jaringan telekomunikasi.
Pada akhir fase ini, laporan rancangan sistem secara detail dihasilkan. Laporan ini mungkin berisi beribu-ribu dokumen dengan semua spesifikasi untuk masing-masing rancangan sistem yang terintegrasi menjadi satu kesatuan. Laporan ini dapat juga dijadikan sebagai buku pedoman yang lengkap untuk merancang, membuat kode dan menguji sistem; instalasi peralatan; pelatihan; dan tugas-tugas implementasi lainnya.

f. Implementasi Sistem
Pada fase ini
·         Sistem siap untuk dibuat dan di instalasi
·         Sejumlah tugas harus dikoordinasi dan dilaksanakan untuk implementasi sistem baru
·         Laporan implementasi yang dibuat pada fase ini ada dua bagian, yaitu
o   Rencana implementasi dalam bentuk Grantt Chart atau (Program and Evaluation Review Technique) PERT Chart
o   Penjadwalan proyek dan tehnik manajemen. Bagian ini merupakan laporan  yang menerangkan tugas penting untuk melaksanakan implementasi sistem, seperti  pengembangan software,  persiapan lokasi peletakan sistem, instalasi peralatan yang digunakan, pengujian sistem, pelatihan untuk para pemakai sistem dan persiapan dokumentasi.
g. Pemeliharaan Sistem
Tahap pemeliharaan dilakukan setelah tahap implementasi. Sistem baru yang berjalan digunakan sesuai dengan keperluan organisasi. Selama masa hidupnya, sistem secara periodik akan ditinjau. Perubahan dilakukan jika muncul masalah atau jika ternyata ada kebutuhan baru. Selanjutnya, organisasi akan menggunakan sistem yang telah diperbaiki tersebut. Langkah-langkah pemeliharaan sistem terdiri atas:
1.      Penggunaan Sistem , yaitu menggunakan sistem sesuai dengan fungsi tugasnya masing-masing untuk operasi rutin atau sehari-hari.
2.      Audit sistem, yaitu melakukan penggunaan dan penelitian formal untuk menentukan seberapa baik sistem baru dapat memenuhi criteria kinerja.
3.      Penjagaan sistem, yaitu melakukan pemantauan untuk pemeriksaan rutin sehingga sistem tetap beroperasi dengan baik.
4.      Perbaikan sistem, yaitu melakukan perbaikan jika dalam operasi terjadi kesalahan (bug) dalam program atau kelemahan rancangan yang tidak terdeteksi saat pengujian sistem.
5.      Peningkatan sistem, yaitu melakukan modifikasi terhadap sistem ketika terdapat potensi peningkatan sistem setelah sistem berjalan beberapa waktu.
Ketujuh fase diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
 
















BAB III
KESIMPULAN

            Pengembangan sistem informasi manajemen dilakukan melalui beberapa tahap, dimana masing-masing langkah menghasilkan suatu yang lebih rinci dari tahap sebelumnya. Tahap awal dari pengembangan sistem umumnya dimulai dengan mendeskripsikan kebutuhan pengguna dari sisi pendekatan sistem rencana stratejik yang bersifat makro, diikuti dengan penjabaran rencana stratejik dan kebutuhan organisasi jangka menengah dan jangka panjang, lazimnya untuk periode 3 sampai 5 tahun.
Prinsip pengembangan system yaitu Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen, Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar, Sistem yang dikembangkan memerlukan orang-orang yang terdidik, Proses pengembangan sistem tidak harus urut, Jangan takut membatalkan proyek, dan Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem
Tahap-tahap Pengembangan Sistem;








DAFTAR PUSTAKA