Translate

Selasa, 18 Maret 2014

Pendekatan Kooperatif dan Pengajaran Berbasis Masalah

Pendekatan Kooperatif dan Pengajaran Berbasis Masalah

OLEH
KELOMPOK 3:
Beta Ruth Naomi Simanjuntak
Boris Power Manik
Farenty Siregar
Imelsa Helen Sianipar
Nova Delima Marbun
Rezeki Putri Nainggolan
Wahyudi Pramana
Dedi Hermawan Sembiring



FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kemurahanNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Strategi Belajar Mengajar ini dengan lancar dan tepat waktu. Adapun tugas makalah ini berisikan tentang hasil diskusi kami mengenai “Pendekatan Kooperatif dan Pengajaran Berbasis Masalah”
Kami menyadari sepenuhnya akan kemampuan yang masih terbatas, sehingga masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini dan hasilnya belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, masukan, kritik dan saran yang sifatnya membangun kami nantikan dalam rangka kesempurnaan makalah ini. Dan dengan ini kami berharap makalah ini dapat memberikan dampak baik bagi para pembaca semua.



                                                                                              MEDAN,  OKTOBER 2012



                                                                                                          KELOMPOK 3


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………………………5
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………..















BAB I
PENDAHULUAN

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Apa yang dimaksud pendekatan pembelajaran kooperatif?
Pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru memanfaatkan kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja bersama untuk mencapai sasaran belajar, dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu sama lain.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Model pembelajaran ini pada dasarnya mengacu kepada pembelajaran-pembelajaran mutakhir lainnya seperti pembelajaran berdasar proyek (project based instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience based instruction), pembelajaran autentik (authentic instruction), dan pembelajaran bermakna.
Berbeda  dengan  pembelajaran penemuan (inkuiri-diskoveri) yang lebih menekankan pada masalah akademik.  Dalam Pembelajaran Berdasarkan  Masalah (Problem Based Learning), pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses atau upaya untuk mendapatkan suatu penyelesaian tugas atau situasi yang benar-benar nyata sebagai masalah dengan menggunakan aturan-aturan yang sudah diketahui. Jadi,  Pembelajaran Berdasarkan  Masalah (Problem Based Learning)  lebih  memfokuskan  pada masalah kehidupan nyata yang bermakna bagi siswa.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1.PENDEKATAN KOOPERATIF

2.1.1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
                Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan yang melibatkan kelompok kecil pembelajaran yang bekerja sama sebagai sebuah tim untuk menyeleaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan yang sama. Pembelajaran ini menekankan kehadiran teman sebaya yang berinteraksi anatar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
                Arta dan Newman ( dalam Usman. 2001:306 ) mengemukakan bahwa : “ belajar kooperatif adalah suatu pendekatan yang melibatkan kelompok kecil pembelajaran untuk bekerja sama sebagai tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan bersama”.
                Dalam kelompok belajar kooperatif anak tidak diperkenankan mendominasi kegiatan sehingga terjadi anak memperoleh keuntungan sendiri. Dalam pembelajarn kooperatif keberhasilan kelompok tergantung kepada usaha setiap anggotanya untuk menciptakan kelompok belajar yang efektif, pengajar perlu menyususn sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar dapat mencapai tujuan mereka.
                Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk tujuan bersama ( Eggen and Kauchak 1996 : 279 ). Disusun dalam sebuah usaha yang meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa berbeda latarbelakangnya. Dalam pemebelajaran ini siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa dan sebagai guru. Kolaborasi dapat mencapai tujuan dan membuat siswa dapat mengembangkan keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan diliuar sekolah.
Perbedaan Belajar Kooperatif dengan Kelompok belajar Konvensional
Kelompopk Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling menbantu, dan saling memeberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok
Adanya skuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat member batuan
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok lainnya hanya mendompleng keberhasilan pemborongnya
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat member bantuan
Kelompok belajar biasanya homogen
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
Pemompin kleompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
Keterampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan, berkomuinikasi, mempercayai oranglain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan
Keterampilan social sering tidak secara langsung diajarkan
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal ( hubungan antara pribadi yang saling menghargai )
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

                Ada empat elemen dasar dalam pembelajaran Kooperatif menurut Johnson dan Johnson dalam Abdurrahman, 1999:12
a.       Saling ketergantungan positif (positive Interdependence) : hal ini dapat dicapai melalui saling ketregantungan tugas, saling ketergantungan sumber belajar , saling ketergantungan peranan dan saling ketergantungan hadiah.
b.      Interaksi tatap muka : maksudnya bahwa interaksi yang menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru, tetapi juga sesama mereka. Dalam interaksi ini diharapkan dapat memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar bagi sesamanya dan diperlukan karena anak-anak sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya daripada belajar dengan guru.
c.       Akuntabilitas individual : dalam pembelajaran Kooperatif adanya upaya mengukur  penguasaan bahan belajar tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi balikan tentang prestasi belajar anggota-anggotanya, sehingga mereka saling mengetahui teman yang memerlukan bantuan. Dengan demikian, anggota yang telah menguasai agar dapat memberikan kiriman bagi keberhasilan kelompok.
d.      Keterampilan menjalin hubungan interpersonal : hubungan anak antar sesame teman seperti tenggang rasa, bersikap sopan terhadapa teman, mengkritik ide orang lain, berani memprtahankan pikiran yang logis dan berbagai keterampilan yang bermanfaat untu menjalin hubungan interpersonal secara sengaja dan dilatih.
Pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui dua cara yaitu :
1.Memanfaat tugas pekerjaan rumah untuk memulai peserta didik belajar, dilakukan dengan peserta didik diminta membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaan rumahnya antar anggota yang satu dengan yang lain dalam satu kelompok.
2.Pembahasan materi yang baru, membuat meteri yang baru akan membuat peserta didik bergairah dalam belajar karena peserta didik tidak bosan.
Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif menurut Abdurrahman :
·         Merumuskan tujuan pembelajaran
·         Menentukan besarnya kelompok beajar
·         Menentukan peserta didik dalam kelompok
·         Menentukan tempat didik anak
·         Merancanag bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan
·         Menentukan peranan peserta didik untuk menunjang saling ketergantungan
·         Menjelaskan tugas akademik
·         Mengkomunikasikan peserta didik tentang tujuan dan keharusan bekerja sama
·         Menyusun akuntabilitas individual
·         Menyusun kerja sama antar kelompok
·         Menjelasakan criteria keberhasilan
·         Mendefenisikan prilaku peserta didik
·         Memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menyelesaikan tugas
·         Intervansi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama
·         Menutup pelajaran
·         Mengevaluasi kulaitas dan kuantitas belajar anak
·         Mengevaluasi kebagusan berfungsinya kelompok belajar
2.1.2.Tujuan Pembelajaran Kooperatif
a)      Meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik, sehingga meningkatkan penilaian peserta didik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
b)      Pembelajarn koopratif member peluang kepada peserta didik yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama saling bergantung satu sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
c)       Mengajarkan kepada peserta didik ketermapilan kerjasama dan kolaborasi.
2.1.3.Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
Ada 4 model pendekatan yang dapat dipilih guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, yaitu:
a)      STAD (Student Team Achiment Division) merupakan pembelajaran yang paling sederhana, mengaju pada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi baru kepada peserta didik menggunakan verbal atau teks.
b)      JIGSAW. Pada model ini peserta didik dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen.Materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks.
c)       Investigasi Kelompok, merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling komplek dan paling sulit diterapkan. Peserta didik terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka.
d)      Pendekatan Struktural. Model ini memiliki banyak persamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik.
Ada 6 fase yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan tugas interaktif pada pembelajaran kooperatif, yaitu :
a)      Fase pertama mnyampaikan tujuan pembelajaran dan membangkitkan motivasi peserta didik
b)      Kedua, menyajikan informasi kepada peserta didik dengan demonstrasi disertai penjelasan verbal,buku teks, atau bentuk bentuk lain
c)       Ketiga, mengorganisasian peserta didik ke dalam kelompok kelompok belajar
d)      Keempat, mengelola dan membantu peserta didik selama belajar kelompok dan kerja di tempat duduk masing masing
e)      Kelima, mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar
f)       Keenam, pemberian penghargaan atau [engakuan terhadap hasil belajar peserta didik

3.1 PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH

3.1.1 Pengertian
Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah . Forgaty(1997) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar.
3.1.2 Ciri-Ciri Pengajaran Berdasarkan Masalah
                                Pengajaran berbasis masalah menjadi perhatian banyak ahli pembelajaran seperti Krajcik (1999), Salvin dkk (1992), Cognition & Technology Group at Vanderbilt (1990), dan beberapa ahli lainnya. Para ahli ini mengemukakan ciri-ciri khusus yang tampak pada model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a.         Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pertanyaan dan masalah yang diajukan dalam pembelajaran adalah digali dari kehidupan nyata autentik, mengindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b.         Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Walaupun pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, akan tetapi pada kenyataannya sering terjadi pembelajaran ini berpusat pada mata pelajaran tertentu seperti IPA, Matematika, dan Ilmu-ilmu sosial. Namun demikian hendaknya msalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah tersebut dari banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan Autentik. Pembelajaran ini mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata. Siswa harus menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika memungkinkan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
d.         Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pemblejaran ini menuntut siswa menghasilkan suatu produk yang berupa laporan, model fisik, atau berupa video. Laporan ini harus dijelasakan atau didemonstrasikan siswa kepada teman-temannya yang lain.
e.         Kolaborasi. Pembelajaran ini dicirikan oleh adanya kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa lainnya, dan yang sering terjadi secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

6.3 Tujuan dan Manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) bertujuan untuk:
1.       Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak sama dengan keterampilan yang berhubungan dengan pola-pola tingkah laku rutin. Larson (1990) dan Lauren Resnick (Ibrahim dan Nur, 2004) menguraikan cirri-ciri berpikir tingkat tinggi seperti berikut :
  • tidak bersifat algoritmik (noalgoritmic), yakni alur tindakan tidak sepenuhnya dapat ditetapkan sebelumnya,
  • cenderung kompleks, keseluruihan alurnya tidak dapat diamati dari satu sudut pandang,
  • seringkali menghasilkan banyak solusi, masing-masing dengan keuntungan dan kerugian, dari pada yang tunggal,
  • melibatkan pertimbangan dan interpretasi,
  • melibatkan banyak kriteria, yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain,
  • seringkali melibatkan ketidakpastian. Tidak selalu segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas diketahui,
  • melibatkan pengaturan diri (self regulated) tentang proses berpikir,
  • melibatkan pencarian makna menemukan struktur pada keadaan yang tampaknya tidak teratur,
  • berpikir tingkat tinggi adalah kerja keras. Ada pengerahan kerja mental besar, besaran saat melakukan elaborasi dan pertimbangan yang dibutuhkan.


2.       Belajar peranan orang dewasa yang otentik
Resnick (Ibrahim dan Nur, 2004) mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
  • PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
  • PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga pebelajar secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.
  • PBL melibatkan pebelajar dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.
3.       Menjadi siswa yang mandiri
4.       Untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru
5.       Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6.       Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7.       Meningkatkan motivasi belajar siswa
8.       Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru

PBL dikembangkan untuk:
1.       Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,pemecahan masalah,dan keterampilan intelektual
2.       Belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi
3.       Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri


Selain manfaat PBL tersebut,kelebihan dan kekurangan dari PBL adalah sebagai berikut:

Ø  Kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai suatu  model pembelajaran adalah:
1)     Solving Realistik dengan kehidupan siswa
2)     Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3)     Memupuk sifat inquiry siswa
4)     Retensi konsep menjadi kuat
5)     Memupuk kemampuan problem solving

Ø  Kekurangannya adalah:
1)     Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang  kompleks
2)     Sulitnya mencari problem yang relevan
3)     Sering terjadi mis konsepsi
4)     Memerlukan waktu yang cukup panjang.


Sumber:



6.4. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah
            Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Sintaks pengajaran berdasarkan masalah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, vidio, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

6.5. Asesment dan Evaluasi
            Model pengajaran berdasarkan masalah  fokus perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan Deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup hanya melakukan tes tertulis, akan tetapi akan lebih baik jika dilakukan penilaian dengan menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa merupakan hasil penyelidikan siswa. Guru harus menemukan prosedur penilaian laternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan asesment kinerja dan peragaan hasil.






BAB III
PENUTUP

Jadi pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efisien, kea rah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerja sama dan saling membantu sehingga pencapaian proses dan hasil belajar yang produktif.
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori yang ada mengacu pada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sebagai realisasi maka dalam pembelajaran siswa haruslah bersifat aktif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang aktif dan partisipatif.
Maka dapat di simpulkan bahwa sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik, mendiagnosis masalah, pendidik membimbing proses pengumpulan data individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis danmengevaluasi proses dan hasil.

Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan melalui kegiatan individu, tidak hanya melalui kegiatan kelompok. Penerapan ini tergantung pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan materi yang akan diajarkan. Apabila materi yang akan diajarkan dirasa membutuhkan pemikiran yang dalam, maka sebaiknya pembelajaran dilakukan melalui kegiatan kelompok, begitupula sebaliknya.















DAFTR PUSTAKA

Tim Pengajar. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Medan: Universitas Negeri Medan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar