Pendekatan
Kooperatif dan Pengajaran Berbasis Masalah
OLEH
KELOMPOK 3:
Beta Ruth Naomi Simanjuntak
Boris Power Manik
Farenty Siregar
Imelsa Helen Sianipar
Nova Delima Marbun
Rezeki Putri Nainggolan
Wahyudi Pramana
Dedi Hermawan Sembiring
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam kami
sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kemurahanNya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Strategi Belajar Mengajar ini dengan
lancar dan tepat waktu. Adapun tugas makalah ini berisikan tentang hasil
diskusi kami mengenai “Pendekatan Kooperatif dan Pengajaran Berbasis Masalah”
Kami menyadari sepenuhnya
akan kemampuan yang masih terbatas, sehingga masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini dan hasilnya belum dapat dikatakan sempurna. Oleh
karena itu, masukan, kritik dan saran yang sifatnya membangun kami nantikan
dalam rangka kesempurnaan makalah ini. Dan dengan ini kami berharap makalah ini
dapat memberikan dampak baik bagi para pembaca semua.
MEDAN, OKTOBER 2012
KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………..2
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………………………5
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.
Apa yang
dimaksud pendekatan pembelajaran kooperatif?
Pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru memanfaatkan kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja bersama untuk mencapai sasaran belajar, dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu sama lain.
Pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru memanfaatkan kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja bersama untuk mencapai sasaran belajar, dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu sama lain.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah suatu model
pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik
awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Model pembelajaran ini pada
dasarnya mengacu kepada pembelajaran-pembelajaran mutakhir lainnya seperti
pembelajaran berdasar proyek (project
based instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience based instruction),
pembelajaran autentik (authentic
instruction), dan pembelajaran bermakna.
Berbeda dengan
pembelajaran penemuan (inkuiri-diskoveri) yang lebih menekankan pada
masalah akademik. Dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning),
pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses atau upaya untuk mendapatkan
suatu penyelesaian tugas atau situasi yang benar-benar nyata sebagai masalah
dengan menggunakan aturan-aturan yang sudah diketahui. Jadi, Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (Problem
Based Learning) lebih memfokuskan pada masalah
kehidupan nyata yang bermakna bagi siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENDEKATAN KOOPERATIF
2.1.1.Pengertian
Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
Pembelajaran kooperatif
merupakan suatu pendekatan yang melibatkan kelompok kecil pembelajaran yang
bekerja sama sebagai sebuah tim untuk menyeleaikan suatu masalah, menyelesaikan
suatu tugas untuk mencapai tujuan yang sama. Pembelajaran ini menekankan kehadiran
teman sebaya yang berinteraksi anatar sesamanya sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Arta dan Newman ( dalam Usman.
2001:306 ) mengemukakan bahwa : “ belajar kooperatif adalah suatu pendekatan
yang melibatkan kelompok kecil pembelajaran untuk bekerja sama sebagai tim
untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan bersama”.
Dalam kelompok belajar
kooperatif anak tidak diperkenankan mendominasi kegiatan sehingga terjadi anak
memperoleh keuntungan sendiri. Dalam pembelajarn kooperatif keberhasilan
kelompok tergantung kepada usaha setiap anggotanya untuk menciptakan kelompok
belajar yang efektif, pengajar perlu menyususn sedemikian rupa sehingga setiap
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar dapat mencapai
tujuan mereka.
Pembelajaran kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk tujuan bersama ( Eggen and Kauchak 1996 : 279 ). Disusun
dalam sebuah usaha yang meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok,
serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama siswa berbeda latarbelakangnya. Dalam pemebelajaran ini siswa
berperan ganda yaitu sebagai siswa dan sebagai guru. Kolaborasi dapat mencapai
tujuan dan membuat siswa dapat mengembangkan keterampilan yang bermanfaat bagi
kehidupan diliuar sekolah.
Perbedaan Belajar
Kooperatif dengan Kelompok belajar Konvensional
Kelompopk Belajar Kooperatif
|
Kelompok Belajar Konvensional
|
Adanya saling ketergantungan positif, saling menbantu, dan
saling memeberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
|
Guru sering membiarkan adanya siswa yang
mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok
|
Adanya skuntabilitas individual yang mengukur penguasaan
materi pelajaran tiap anggota kelompok, diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya
sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat member batuan
|
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga
tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok lainnya
hanya mendompleng keberhasilan pemborongnya
|
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat member bantuan
|
Kelompok belajar biasanya homogen
|
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir
untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
|
Pemompin kleompok sering ditentukan oleh guru atau
kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
|
Keterampilan social yang diperlukan dalam
kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan,
berkomuinikasi, mempercayai oranglain, dan mengelola konflik secara langsung
diajarkan
|
Keterampilan social sering tidak secara langsung diajarkan
|
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus
melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok
|
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak
dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
|
Guru memperhatikan secara proses kelompok
yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
|
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (
hubungan antara pribadi yang saling menghargai )
|
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
|
Ada empat elemen dasar dalam pembelajaran Kooperatif menurut
Johnson dan Johnson dalam Abdurrahman, 1999:12
a.
Saling ketergantungan positif (positive Interdependence) :
hal ini dapat dicapai melalui saling ketregantungan tugas, saling
ketergantungan sumber belajar , saling ketergantungan peranan dan saling
ketergantungan hadiah.
b.
Interaksi tatap muka : maksudnya bahwa interaksi yang
menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat melakukan dialog tidak
hanya dengan guru, tetapi juga sesama mereka. Dalam interaksi ini diharapkan
dapat memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar bagi sesamanya dan
diperlukan karena anak-anak sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya
daripada belajar dengan guru.
c.
Akuntabilitas individual : dalam pembelajaran Kooperatif
adanya upaya mengukur penguasaan bahan
belajar tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi balikan tentang prestasi
belajar anggota-anggotanya, sehingga mereka saling mengetahui teman yang
memerlukan bantuan. Dengan demikian, anggota yang telah menguasai agar dapat
memberikan kiriman bagi keberhasilan kelompok.
d.
Keterampilan menjalin hubungan interpersonal : hubungan anak
antar sesame teman seperti tenggang rasa, bersikap sopan terhadapa teman,
mengkritik ide orang lain, berani memprtahankan pikiran yang logis dan berbagai
keterampilan yang bermanfaat untu menjalin hubungan interpersonal secara
sengaja dan dilatih.
Pembelajaran
kooperatif dapat dilakukan melalui dua cara yaitu :
1.Memanfaat
tugas pekerjaan rumah untuk memulai peserta didik belajar, dilakukan dengan
peserta didik diminta membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaan rumahnya
antar anggota yang satu dengan yang lain dalam satu kelompok.
2.Pembahasan
materi yang baru, membuat meteri yang baru akan membuat peserta didik bergairah
dalam belajar karena peserta didik tidak bosan.
Peranan
guru dalam pembelajaran kooperatif menurut Abdurrahman :
·
Merumuskan tujuan pembelajaran
·
Menentukan besarnya kelompok beajar
·
Menentukan peserta didik dalam kelompok
·
Menentukan tempat didik anak
·
Merancanag bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan
·
Menentukan peranan peserta didik untuk menunjang saling
ketergantungan
·
Menjelaskan tugas akademik
·
Mengkomunikasikan peserta didik tentang tujuan dan keharusan
bekerja sama
·
Menyusun akuntabilitas individual
·
Menyusun kerja sama antar kelompok
·
Menjelasakan criteria keberhasilan
·
Mendefenisikan prilaku peserta didik
·
Memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menyelesaikan
tugas
·
Intervansi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama
·
Menutup pelajaran
·
Mengevaluasi kulaitas dan kuantitas belajar anak
·
Mengevaluasi kebagusan berfungsinya kelompok belajar
2.1.2.Tujuan
Pembelajaran Kooperatif
a)
Meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas
akademik, sehingga meningkatkan penilaian peserta didik dan perubahan norma
yang berhubungan dengan hasil belajar.
b)
Pembelajarn koopratif member peluang kepada peserta didik
yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama saling bergantung
satu sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur
penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
c)
Mengajarkan kepada peserta didik ketermapilan kerjasama dan kolaborasi.
2.1.3.Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif
Ada 4 model
pendekatan yang dapat dipilih guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif,
yaitu:
a)
STAD (Student Team Achiment Division) merupakan pembelajaran
yang paling sederhana, mengaju pada belajar kelompok siswa, menyajikan
informasi baru kepada peserta didik menggunakan verbal atau teks.
b)
JIGSAW. Pada model ini peserta didik dibagi berkelompok
dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen.Materi pembelajaran
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks.
c)
Investigasi Kelompok, merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling komplek dan paling sulit diterapkan. Peserta didik
terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya
penyelidikan mereka.
d)
Pendekatan Struktural. Model ini memiliki banyak
persamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada
penggunaan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta
didik.
Ada 6 fase yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan tugas interaktif
pada pembelajaran kooperatif, yaitu :
a)
Fase pertama mnyampaikan tujuan pembelajaran dan
membangkitkan motivasi peserta didik
b)
Kedua, menyajikan informasi kepada peserta didik dengan
demonstrasi disertai penjelasan verbal,buku teks, atau bentuk bentuk lain
c)
Ketiga, mengorganisasian peserta didik ke dalam kelompok
kelompok belajar
d)
Keempat, mengelola dan membantu peserta didik selama
belajar kelompok dan kerja di tempat duduk masing masing
e)
Kelima, mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar
f)
Keenam, pemberian penghargaan atau [engakuan terhadap
hasil belajar peserta didik
3.1 PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH
3.1.1 Pengertian
Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning), selanjutnya
disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk
memecahkan masalah . Forgaty(1997) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan
pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa)
dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended
melalui stimulus dalam belajar.
3.1.2
Ciri-Ciri Pengajaran Berdasarkan Masalah
Pengajaran berbasis masalah menjadi perhatian banyak ahli pembelajaran seperti Krajcik (1999), Salvin dkk (1992), Cognition & Technology Group at Vanderbilt (1990), dan beberapa ahli lainnya. Para ahli ini mengemukakan ciri-ciri khusus yang tampak pada model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
Pengajaran berbasis masalah menjadi perhatian banyak ahli pembelajaran seperti Krajcik (1999), Salvin dkk (1992), Cognition & Technology Group at Vanderbilt (1990), dan beberapa ahli lainnya. Para ahli ini mengemukakan ciri-ciri khusus yang tampak pada model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Pertanyaan dan masalah yang diajukan dalam pembelajaran adalah digali dari
kehidupan nyata autentik, mengindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b. Berfokus pada keterkaitan
antardisiplin. Walaupun pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan pada semua
mata pelajaran, akan tetapi pada kenyataannya sering terjadi pembelajaran ini
berpusat pada mata pelajaran tertentu seperti IPA, Matematika, dan Ilmu-ilmu
sosial. Namun demikian hendaknya msalah yang akan diselidiki telah dipilih
benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah tersebut dari
banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan
Autentik. Pembelajaran ini mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik
untuk mencari penyelesaian nyata. Siswa harus menganalisis dan merumuskan masalah,
mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melakukan eksperimen (jika memungkinkan), membuat inferensi, dan
merumuskan kesimpulan.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pemblejaran ini menuntut siswa menghasilkan suatu produk yang berupa laporan,
model fisik, atau berupa video. Laporan ini harus dijelasakan atau
didemonstrasikan siswa kepada teman-temannya yang lain.
e. Kolaborasi. Pembelajaran ini dicirikan
oleh adanya kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa lainnya, dan yang
sering terjadi secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
6.3 Tujuan dan Manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) bertujuan untuk:
1.
Membantu siswa
mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ditujukan untuk mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi
tidak sama dengan keterampilan yang berhubungan dengan pola-pola tingkah laku
rutin. Larson (1990) dan Lauren Resnick (Ibrahim dan Nur, 2004) menguraikan
cirri-ciri berpikir tingkat tinggi seperti berikut :
- tidak
bersifat algoritmik (noalgoritmic), yakni alur tindakan tidak
sepenuhnya dapat ditetapkan sebelumnya,
- cenderung
kompleks, keseluruihan alurnya tidak dapat diamati dari satu sudut
pandang,
- seringkali
menghasilkan banyak solusi, masing-masing dengan keuntungan dan kerugian,
dari pada yang tunggal,
- melibatkan
pertimbangan dan interpretasi,
- melibatkan
banyak kriteria, yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain,
- seringkali
melibatkan ketidakpastian. Tidak selalu segala sesuatu yang berhubungan
dengan tugas diketahui,
- melibatkan
pengaturan diri (self regulated) tentang proses berpikir,
- melibatkan
pencarian makna menemukan struktur pada keadaan yang tampaknya tidak
teratur,
- berpikir
tingkat tinggi adalah kerja keras. Ada pengerahan kerja mental besar,
besaran saat melakukan elaborasi dan pertimbangan yang dibutuhkan.
2.
Belajar peranan orang
dewasa yang otentik
Resnick (Ibrahim dan Nur, 2004) mengemukakan bahwa
bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara
pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang
dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat
dikembangkan adalah :
- PBL
mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
- PBL
memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog
dengan yang lain sehingga pebelajar secara bertahap dapat memi peran yang
diamati tersebut.
- PBL
melibatkan pebelajar dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan
membangun femannya tentang fenomena itu.
3.
Menjadi siswa yang
mandiri
4.
Untuk bergerak pada
level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru
5.
Mengembangkan
pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6.
Meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah
7.
Meningkatkan motivasi
belajar siswa
8.
Membantu siswa
belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
PBL
dikembangkan untuk:
1.
Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,pemecahan
masalah,dan keterampilan intelektual
2.
Belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi
3.
Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri
Selain manfaat
PBL tersebut,kelebihan dan kekurangan dari PBL adalah sebagai berikut:
Ø Kelebihan pembelajaran berdasarkan
masalah sebagai suatu model pembelajaran adalah:
1) Solving Realistik dengan kehidupan siswa
2) Konsep sesuai dengan
kebutuhan siswa
3) Memupuk sifat inquiry
siswa
4) Retensi konsep menjadi
kuat
5) Memupuk kemampuan problem
solving
Ø Kekurangannya adalah:
1) Persiapan pembelajaran
(alat, problem, konsep) yang kompleks
2) Sulitnya mencari problem
yang relevan
3) Sering terjadi mis konsepsi
4) Memerlukan waktu yang
cukup panjang.
Sumber:
6.4.
Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah
Sintaks
suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh
guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Sintaks pengajaran berdasarkan masalah
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
|
Tingkah
Laku Guru
|
Tahap 1
Orientasi
siswa pada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
|
Tahap 2
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
|
Tahap 3
Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Tahap 4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, vidio, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
|
Tahap 5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
|
6.5.
Asesment dan Evaluasi
Model
pengajaran berdasarkan masalah fokus
perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan Deklaratif, oleh karena
itu tugas penilaian tidak cukup hanya melakukan tes tertulis, akan tetapi akan
lebih baik jika dilakukan penilaian dengan menilai pekerjaan yang dihasilkan
siswa merupakan hasil penyelidikan siswa. Guru harus menemukan prosedur
penilaian laternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa,
misalnya dengan asesment kinerja dan peragaan hasil.
BAB III
PENUTUP
Jadi
pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok
yang terarah, terpadu, efektif-efisien, kea rah mencari atau mengkaji sesuatu
melalui proses kerja sama dan saling membantu sehingga pencapaian proses dan
hasil belajar yang produktif.
Dalam
hubungannya dengan pembelajaran, teori yang ada mengacu pada kegiatan
pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sebagai realisasi
maka dalam pembelajaran siswa haruslah bersifat aktif. Pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang aktif dan partisipatif.
Maka
dapat di simpulkan bahwa sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri
dari memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik, mendiagnosis
masalah, pendidik membimbing proses pengumpulan data individu maupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis danmengevaluasi proses
dan hasil.
Strategi
pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan melalui kegiatan individu, tidak
hanya melalui kegiatan kelompok. Penerapan ini tergantung pada tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan materi yang akan diajarkan. Apabila materi
yang akan diajarkan dirasa membutuhkan pemikiran yang dalam, maka sebaiknya
pembelajaran dilakukan melalui kegiatan kelompok, begitupula sebaliknya.
DAFTR
PUSTAKA
Tim Pengajar. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Medan: Universitas Negeri Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar